topmetro.news – GM PT LNK Gohor Lama Sarjana Barus dan Manager PT LNK Triono, terkesan membiarkan aksi sindikat pencurian Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diduga melibatkan oknum centeng berinisial TG, kian menimbulkan tanda tanya besar di tengah masyarakat.
Apalagi, masyarakat menilai tidak adanya sikap tegas dari jajaran pimpinan PT LNK untuk mengungkap praktik ilegal ini karena dilakukan bukan hanya sekadar ulah individu atau oknum, melainkan bagian dari jaringan terorganisir yang telah mengakar dalam struktur internal perusahaan, khususnya di Divisi II Kebun Gohor Lama.
Nama TG mencuat sebagai titik awal terungkapnya skema distribusi sawit curian yang terorganisir secara sistematis.
Oknum centeng TG ini malah disebut-sebut sebagai bagian dari lingkaran dalam yang mengkoordinasikan aktivitas pencurian dengan melibatkan sopir, pengepul, hingga diduga melibatkan pihak internal petinggi perusahaan yang berada di balik layar.
Masyarakat mendesak agar aparat penegak hukum turun tangan untuk mengungkap kasus pencurian di perusahaan KSO yang bekerjasama dengan PTPN yang notabene merupakan perusahaan plat merah milik BUMN ini, terus bergema.
Sorotan tajam kini tertuju tak hanya pada pelaku lapangan, tetapi juga kepada para ‘pejabat bayangan’ yang diyakini selama ini memainkan peran penting dalam membekingi aksi ilegal tersebut.
Tim investigasi awak media menemukan indikasi adanya pola distribusi hasil curian yang telah diatur sedemikian rupa.
Seorang narasumber internal kepada media mengungkapkan bahwa operasi ini berjalan dengan pengamanan berlapis dan koordinasi yang rapi.
“Ada pengepul yang sengaja disiapkan. Mereka sudah tahu titik-titik pengambilan dan siapa sopir yang harus dihubungi,” ujarnya, meminta identitasnya dirahasiakan demi alasan keamanan.
Selain TG, nama AYN, warga Desa Stungkit, juga muncul dalam daftar terduga pelaku yang terlibat dalam skema tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan ini melibatkan banyak pihak lintas wilayah dan struktur sosial.
Lebih ironis, upaya warga untuk menyuarakan keresahan kerap dibalas dengan intimidasi mulai dari tekanan psikologis hingga ancaman fisik. Suasana mencekam ini makin menegaskan bahwa mafia sawit bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga isu menyebakan terancamnya ketertiban keamanan masyarakat atas resiko keberanian untuk bersuara.
Tidak adanya tindakan nyata yang dilakukan pihak management PT LNK, termasuk Sarjana Barus dan Triono, menambah kesan bahwa perusahaan tidak siap menerima kritikan adanya dugaan aksi pencurian secara terorgnisir.
Sebagai perbandingan, kasus serupa juga terjadi di wilayah PTPN IV, Langkat, di mana Polda Sumut berhasil meringkus tujuh pelaku pencurian dan penadah sawit pada Oktober 2024. Menurut AKBP Sonny Siregar, para pelaku bisa mencuri 1 hingga 3 ton sawit per hari, menyebabkan kerugian mencapai Rp1,2 miliar bagi PTPN IV.
“Berdasarkan perhitungan setelah difaktakan kembali oleh pihak PTPN IV, nilai kerugian berkisar Rp1.296.000.000,” jelas AKBP Sonny yang menangani kasus tersebut.
Dengan potensi besarnya kerugian yang dialami PTPN IV, diperkirakan kerugian yang dialami PT LNK ini potensinya bisa lebih besar.
Bantah
Terpisah, Manager PT LNK Gohor Lama Triono, saat dikonfirmasi topmetro.news terkait adanya dugaan pencurian TBS Kelapa Sawit yang terorganisir di wilayah kerjanya, membantah.
“Berita gak benar itu Pak. Gak mungkinlah kami terlibat. Cari kerja sekarang susah. Bertahun-tahun meniti karir di perusahaan ini, masa iya mau saya kotori dengan hal-hal semacam itu. Dan lagi pula itu tidak halal,” ujarnya melalui chat WhatsApp, Kamis (10/4/2025).
Saat ditanyakan kembali jika informasi yang disampaikan dari pihak orang dalam terkait aksi pencurian TBS dan masih belum ada tindakan nyata yang dilakukan pihak GM atau Manager PT PNK Gohor Lama, Triono berkilah, bahwa pihaknya selalu mencegah adanya upaya pencurian TBS kelapa sawit.
“Kami selalu mencegah terjadinya pencurian, penangkapan pelaku juga sudah pernah kami lakukan. Tapi belum bisa teratasi semua,” ucapnya.
Namun, saat disebutkan jika pihak PT LNK selama ini hanya berupaya menangkap warga yang hanya mengambil berondolan atau mengambil beberapa janjang TBS untuk kebutuhan makan saja, sementara pelaku pencurian TBS yang lebih besar terkesan adanya pembiaran, lagi-lagi Triono membantahnya.
“Gak ada yang dibiarkan, cuma belum tertangkap saja,” tandasnya.
reporter | Rudy Hartono